episode mata hitam
dalam matanya yang hitam,kutemukan telaga
luas...
dan jernih...
ditambatkan pada sebatang pohon nangka, sapi berkulit cokelat tua itu terpekur diam sambil sesekali nyamil rumput di depannya
aku ingin tahu, apakah dia tahu bahwa besok ajalnya akan tiba?
bahwa esok, badannya akan diikat erat oleh tali-tali tambang yang besar, memar, nyeri, tapi bukanlah apa-apa dibanding diputusnya urat nadi di lehernya?
ketika saat itu tiba, aku hanya berharap si tukang jagal menggunakan pisau yang benar-benar tajam
sebentuk kehidupan yang telah ditiupkan oleh Allah pun pergi...
dia melenguh...
dan sebentar kemudian melenguh lagi, kali ini lebih keras dan panjang
adakah bisikanku membuatnya tersadar atas apa yang membawanya kesini, di depan masjid ini?
apakah itu lenguhan takut? Atau lenguhan gembira karena dia akan bertemu Sang Pencipta?
Bahwa atas pengorbanannya ini, dia layak mendapat tempat di surga, seharusnya banyak manusia iri padanya...
We could die without ever having done anything
or we could die giving life to a person we love.
Imagine thinking when you go, it’ll have mattered that you lived.
And then consider the alternative...
Giving your life to the person you love, in this case is Allah the Almighty,
is the sweetest lullaby ever sung by a mother to her children
I wish I could be one of those mothers, but to be one I need to live with the lullaby in me first
Laa haula walaa quwwata illa billaah...
----------------------------------------------------------------------------------------------
Sunyi sekali disana...
Mungkin si cokelat tengah mengingat-ingat lagu yang pernah didendangkan ibunya dulu...
0 Comments:
Post a Comment
<< Home