Selamat ulang tahun, Sayang...
Hari Rabu malam di sebuah sudut rumah sakit di kota kecil K. Jam di dinding bersih rumah sakit menunjukkan pukul 19.45, tepat ketika sesosok bayi mungil dilahirkan. Beratnya 3,2 kg. Sebelumnya, Sang Ibu datang ‘kepagian’ ke rumah sakit, karena takut hampir ‘mbrojol’ di jalan seperti kelahiran sebelumnya. Itulah kenapa proses kelahiran si mungil ini lancar dan penuh persiapan.Bayi itu tidak istimewa, tidak cantik dengan dahi ‘nonong’nya, tapi ia sehat dan lengkap. Rambutnya halus, lurus seperti ibunya. Alisnya tebal dan lebar seperti ayahnya.
Si kecil tumbuh dengan cepat. Masih teringat ketika dia sehat. Badan montok dan pipi tembem yang bikin dia selalu dicubitin orang di pasar. Juga tawa riangnya, senyum malu-malunya ketika dia merangkak sambil berdendang halus lagu-lagu dolanan jawa ajaran almarhumah neneknya.
“semut ireng anak-anak sapi...
kebo bongkang nyabrang kali bengawan...“
Masih teringat pula ketika dia sakit, setidaknya sebulan sekali karena flu. Juga saat dilarikan ke rumah sakit pusat di kota S dalam kondisi ‘nadi tak terdeteksi’.
Tapi ia masih diberi kesempatan kedua, yang dibangkitkan oleh kecupan sayang, pelukan mesra, dan usapan di dahi oleh Sang Ibu. Juga oleh aliran darah dan segelas susu hangat di malam buta bikinan Sang Ayah.
Sang Ibu adalah Ibuku, dan Sang Ayah adalah Ayahku. Karena dia adalah Aku. Hari ini, sekian tahun yang lalu, adalah hari kelahiranku.
Selamat ulang tahun, Sayang...
1 Comments:
tersenyum malu - malu :p
apakah itu masih ada sekarang he he he...
selamat ulang tahun Jeng, semoga selalu mendapat yang terbaik yah..makin baik hati juga
Post a Comment
<< Home