That’s what I call: play some good football
Setelah sempet tertidur sebentar dan terkantuk-kantuk berat, akhirnya mata gue melek lagi saat di menit ke 119, gol cantik dari Fabio Grosso berhasil nyangkut di gawangnya Jens Lehmann. Yoohooo... 1-0 buat Italy!! Eh, 2 menit kemudian, si kakek (baca:Piero) kembali nyangkutin bola di sudut gawangnya Jerman. Yoohoo !!! Pertandingan semalem (sepagi tepatnya, hehe..) emang bener-bener spekta! Kedua tim menunjukkan permainan kelas dunia yang emang worthed buat ditonton. Coba yang kaya gitu terjadinya di final, puassss...Sayangnya, waktu gue coba sharing ama temen-temen gue, tanggapan mereka jauh dari apa yang gue arepin. Ngga ada yang nunjukkin pandangan positif tentang kemenangan Italy. Dibilang ada mafia wasit lah, menang ganteng dan jago diving doang, manja, etc. Padahal, coba, kalo mereka emang ngga jago maen bola, mana bisa bikin 2 gol yang cantik kaya semalem (sepagi tepatnya, hehe..), not to mention beberapa peluang yang ngga kalah cantiknya? Mana bisa nahan tim sekelas Jerman di kandang mereka sendiri? Kalo cuman menang ganteng doang, kenapa mereka masih insist jadi pemaen bola instead of jadi foto model?
Mungkin emang Tuhan itu adil, orang-orang Italy itu dikaruniai bakat dan kemampuan maen bola, dan kebetulan dikaruniai kegantengan juga (efek samping yang menyenangkan buat cewe-cewe penggemar bola kaya gue ;p). Dan orang-orang Indonesia ini (baca: gue yakin tanggepan temen-temen gue bisa dijadiin sampel) meskipun tidak dikaruniai bakat dan kemampuan maen bola, kebetulan ngga dikaruniai kegantengan juga (hehehe...), tapi diberi anugerah untuk pandai berkomentar dan berbicara sesuatu yang diluar kapasitasnya.
Ooopss... I’ve talk too much.. Bisa-bisa gue dibenci ama orang-orang Indonesia yang gue tuduh cuman bisa ngomong doang. Maap ya bapak-bapak, please don’t take it seriously. Wong Klinsmann sendiri dengan penuh sportivitas bilang:
But I told the team straight after the match that they can be proud of themselves, that they've done so much and that they always pushed themselves to their limits. We showed that we can compete with the best teams in the world. We almost managed to score, and both teams had their chances, but we came up against an opponent who realised just before the end how to make the most of their opportunities and put the match out of our reach.
Kenapa kita ngga ikutan sportif juga sih? Mungkin attitude ini bisa ngedukung tim Indonesia jadi juara dunia suatu saat nanti (amiinn..). Gue emang ngga dapet apa-apa dari ngebelain Italy kaya gini, gue cuman penikmat good football. Dan pertandingan semalem (sepagi tepatnya, hehe..), that’s what I call a good football !
2 Comments:
emang karasep pemain Itali teh nya
saya adalah satu dari sekian banyak contoh ke-subjektif-an dalam sepakbola. HIDUP PERSIB! =)
Post a Comment
<< Home