August 02, 2007

Here’s the thing about the ocean:

They can be calm, they can be cruel. Kemaren gue ke offshore, melanggar sumpah yang gue buat sendiri sejak pertama kali bekerja disini: sumpah tidak akan mau ke offshore pada bulan Juli-Agustus-September. Laut sedang menggila, ombak tinggi, angin kencang, karena arus tahunan. Dan gue melanggar sumpah itu (yeah, like I have a choice…).

Pagi yang dingin, hujan deras sepanjang perjalanan satu setengah jam ke Senipah dari jam 5 pagi. Sampai di Senipah, ngantri di ‘halte’, bernafas lega karena gue kebagian naek Logindo Spearhead, boat yang terbaru. Sejam terombang-ambing di laut lepas. Kadang terempas, kadang terlepas. Sedikit gue berpaling dari jendela, seketika kepala gue pusing. Dan jadilah gue teman perjalanan yang tidak menyenangkan. Mas Hermawan yang setia duduk di sebelah gue, gue cuekin abis, obrolannya ngga gue gubris, setiap pertanyaan gue jawab dengan pendek-pendek seolah menyiratkan: “Oh please… jangan tanya lagi…” Sori banget Mas, biasanya gue ngga semenyebalkan itu kok… :)

Sampai di manifold wellhead platform, angin bertiup begitu kencang. Ngga ada gerombolan ikan cantik yang biasanya terlihat berkumpul di sekitar kaki struktur. Service barge di sisi kanan platform terlonjak-lonjak sampai satu meter. Deck landing boat yang paling bawah juga terlihat basah terkena cipratan air. Pantesss… gimana gue ngga mabok laut…

Beberapa menit di platform pusing gue ilang dan gue kembali menjadi gue yang biasanya: gila. Sampe-sampe mau diajak Pak Samson ke ujung flare tip sejauh 28 meter yang cuman ditahan pake sling. Tapi begitu tiba saatnya makan siang di Prima Perkasa, barge yang lagi parkir di platform lain, gue sontak membisu. Oh tidaaakk… boat lagi…

There’s nothing fun from being in a barge that is continuously bouncing all the way through the wave. Rasanya pengen cepet-cepet naek ke platform lagi. 2 jam di platform, ngobrol ngalor-ngidul sama operator. Ngga kerasa, hari sudah sore. Sinar matahari menghangat, tidak lagi terik menyengat. Tiba saatnya gue balik ke Senipah, yang berarti (that’s right) naek boat lagi. Tampaknya kali ini gue cukup tidak beruntung; bukannya Spearhead, tapi gue kebagian Surfer 1500. Boat lebih kecil yang tentunya lebih gampang untuk dipermainkan gelombang. If you think that is bad enough, wait until you hear this: tempat duduk yang tersisa di boat tinggal di paling depan, dimana efek benturan lebih terasa; ngga ada jendela, dan langsung berhadapan dengan toilet; ac boat mati, sehingga pintu dibuka dan kesegaran air laut yang nyiprat bisa langsung terasa di muka kami (well, sebenernya muka Mas Hermawan doang sih, huehehe… ;p)

So, did I get you enough of the thing about the ocean?

0 Comments:

Post a Comment

<< Home